Padang, 8 Juli— Tim Tanggap Insiden Siber Kota Padang atau disebut Padang-CSIRT (Computer Security Insident Response Team) menyelenggarakan workshop dengan tema Penanganan Insiden Siber DDoS bagi Agen Padang CSIRT dengan narasumber yaitu Achmad Ridho Sandiman Ahli Muda BSSN yang diadakan di ruang rapat Abu Bakar Ja’ar Lantai II Kompleks Balai Kota Aia Pacah Kota Padang Selasa (8/7/2025).
Kegiatan ini merupakan workshop rutin Diskominfo Kota Padang dengan Instansi Pusat BSSN dalam rangka memperkuat keamanan SPBE (Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik) yang merupakan salah satu Progul Wali Kota Padang terpilih Fadly Amran yaitu Smart City.
Acara ini dibuka oleh Plh. Sekda Kota Padang Ibu Corri Saidan dengan menekankan bahwa “aspek ketersediaan dan keamanan layanan publik merupakan suatu keniscayaan demi mewujudkan Kota Padang sebagai Smart City”.
Boby Firman selaku Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Padang menyampaikan dalam laporannya “Dengan adanya kegiatan rutin ini, diharapkan serangan Insiden Siber khusunya DDoS di lingkup Kota Padang dapat berkurang dan peningkatan kualitas pelayanan publik berbasis teknologi dapat ditingkatkan”.
Moderator sekaligus koordinator Padang CSIRT Fazarianti menjelaskan kegiatan ini dianggap perlu berdasarkan laporan dari Padang-CSIRT menunjukkan bahwa anomali lalu lintas siber meningkat tajam. Lonjakan serangan siber jenis Distributed Denial of Service (DDoS) sepanjang 2024 mengancam stabilitas layanan pemerintahan di Indonesia. Workshop ini diikuti oleh 52 peserta yang merupakan agen CSIRT dari berbagai OPD di lingkungan Pemerintah Kota Padang.
Achmad Ridho selaku narasumber menerangkan bahwa DDoS adalah bentuk serangan siber yang menggunakan ribuan perangkat (botnet) untuk mengirimkan lalu lintas palsu secara simultan ke server target, membuat sistem tidak bisa diakses oleh pengguna sah. Ia menambahkan, perangkat Internet of Things (IoT) yang tidak aman seperti kamera, router, bahkan mainan pintar, rentan dieksploitasi untuk membentuk botnet berdaya rusak tinggi.
“Salah satu contohnya adalah Mirai botnet. Ia memanfaatkan perangkat IoT rumahan untuk menghasilkan serangan volumetrik berskala gigabit per detik. Ini sangat sulit ditangkal jika sistem belum siap,” lanjutnya.
Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto dalam pidato kenegaraannya tahun 2024 juga memerintahkan peningkatan literasi teknologi dan penguatan Pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics) untuk menghadapi ancaman digital ini. “Keamanan kita dibidang teknologi rawan oleh serangan cyber. Kita harus kerja keras menghasilkan generasi yang menguasai siber dan artificial intelligence” tegas Presiden Prabowo.
Ahcmad Ridho menjelaskan bahwa motivasi dibalik serangan DDoS ini beragam dan yang paling merugikan adalah motif pemerasan (ransomware) dan perang siber antar negara. Tak kalah serunya Achmad Ridho juga melakukan simulasi bagaimana suatu attacker dapat membuat website tersebut tidak dapat diakses oleh client dengan simulasi Request Ping dengan cara mengubah parameternya sehingga attacker dapat mengirimkan buffer yang melebihi kapasitas suatu server.
Para peserta nampak sangat antusias dengan kegiatan ini. Salah satu peserta menanyakan kepada narasumber mengenai bagaimana mitigasi dari DDoS itu sendiri, Achmad Ridho menjelaskan salah satu langkah mitigasinya adalah dengan melakukan pemblokiran IP, lebih tepatnya dengan melakukan filter command atau keyword yang dikirim oleh attacker kepada server, sehingga 3 tahapan proses SYN-ACK antara client dan server dapat dilakukan tanpa intervensi attacker.
Sebagai penutup Achmad Ridho menyampaikan bahwasanya pelaporan insiden dapat juga di sampaikan kepada tim Gov-CSIRT milik BSSN. (Kominfo/Wen SP)